2/25/2005

Standar Performans Anjing Bali

oleh : drh. Pudji Rahardjo

Performans Warna bulu pada Anjing Kintamani (Bali)
Pengertian Umum
Untuk menetapkan sebuah ras diperlukan standar performans. Performans atau penampilan individu ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki individu tadi. Oleh karena itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur dan sel spermatozoa. Pengaruh faktor genetik bersifat baka, artinya tidak akan berubah selama hidupnya, sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen penyusunnya, pengaruh faktor genetik dapat diwariskan kepada anak keturunannya., Sebaliknya, faktor lingkungan bersifat tidak baka dan tidak dapat diwariskan kepada anak keturunnanya. Faktor lingkungan cenderung tergantung pada kapan dan di mana individu tadi berada (Harjosobroto.W. 1994).
Latar Belakang dan Masalah
Per-Anjing-an di Indonesia saat ini telah tumbuh dan berkembang sangat pesat. Jumlah penggemar maupun jumlah jenis-jenis anjing yang dipelihara terus rneningkat, dan seiring dengan itu bermunculan pembiak anjing di mana-mana. Jadilah anjing sebagai barang bisnis yang dapat memberikan keuntungan, Sangat disayangkan, di antara sederetan nama anjing trah belum satupun berasal dari Indonesia. Sebagai contoh, Anjing Gembala Jerman berasal dan Jerman, Pekingese berasal dari Cina, Afgan Hound berasal dan Afganistan.
Anjing merupakan hewan yang paling luas daerah penyebarannya di dunia, diasumsikan di mana ada kehidupan manusia terdapat pula anjing. Manusia memanfaatkan hewan ini pada era peradaban kuno sebagai teman berburu. Pada masa sekarang keberadaan hewan ini mengikuti perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia dan menjadi kelompok hewan kesayangan yang lazim disebut Pet Animal (Pudji-Rahardjo,1984). Pada saat ini sekitar 400 ras anjing di dunia telah terdaftar pada Federation Cynologique internationale (FCI), dan Asian Kennel Union (A.K. U) (Onny-Untung,2002). Dari jumlah tersebut diperkirakan sekitar 200 ras anjing telah terdaftar pada Perhimpunan Kinologi Indonesia (PERKIN). Jumlah tersebut terus bertambah, baik karena adanya persilangan maupun karena pengenalan ras-ras baru yang tadinya belum mendapat perhatian, misalnya Anjing Dieng, Anjing Tengger, Anjing Kintamani-Bali (Soerono, 1985; PudjiRahardjo,1985).
Anjing termasuk Familia Canidae, ordo Carnivora (pemakan daging), satu Genus dengan serigala, rubah, serta anjing racoon. Anjing dan serigala mempunyai hubungan yang dekat bila dilihat dari segi performan dan tingkah lakunya, bahkan diduga serigala merupakan moyang dari anjing-anjing yang dapat dikelompokkan dalam berbagai ras.
Ciri khas familia ini antara lain tubuhnya atletis memanjang, telinga dan moncongnya meruncing ke bagian ujung, memiliki indra penciuman yang tajam, kemampuan berenang dan berlari lebih cepat dibandingkan familia canidae Iainnya. (PudjiRahardjo, 1985)
Perhimpunan Kinologi Indonesia (PERKIN) adalah organisasi yang bertanggungjawab membina dan mensertifikasi (S.K. Menteri Pertanian No.SK.851MP/1964) berbagai jenis anjing ras di tingkat nasional.
Roesbandi (1985) dari Biro Penelitian dan Pengembangan, PERKIN merekomendasikan 4 wilayah di Indonesia yang berpotensi sebagai kawasan plasma nutfah anjing yaitu:
Wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya: Anjing Sumatra Barat
Wilayah Pegunungan Dieng-Jawa Tengah: Anjing Dieng
Wilayah Pegunungan Bromo -Jawa Timur (dikenal juga sebagai kawasan pegunungan Tengger): Anjing Tengger
Wilayah Pegunungan Batur dan sekitarnya(Pulau Bali), dikenal sebagai kawasan Kintamani: Anjing Kintamani (Bali)
Dari keempat wilayah tersebut Anjing Kintamani (Bali) ditetapkan sementara keberadaannya sambil diteliti lebih lanjut sejak Kontes dan Pameran Pertama Anjing Kintamani (Bali), yang diselenggarakan pada tanggal 03 November 1985 di DenpasarBali.
Sejak tahun 1988 PERKIN menerbitkan Sertifikasi-Silsilah S.K. Ketua Umum PERKIN No. 11/KU/PP/III/1988 khusus untuk Penelitian Anjing Bali warna putih spesifik. Namun walaupun telah ditetapkan sementara, Pengamatan, Penelitian dan Pemuliabiakan terus ditumbuhkembangkan sampai Federation Cynologique Internationale ‘FCI) mensyaratkan pemilik kennel-kennel Anjing Kintamani yang terdaftar pada PERKIN memberikan hasil Pemuliabiakanperformans fenotip pada generasi ke XV sama dengan generasi I dari minimal 10 kennel yang ada.
Secara fenotip Anjing Kintamani mudah dikenal; dapat dibandingkan dengan jelas antara Anjing Kintamani dengan anjing-anjing Lokal yang ada, ataupun anjing hasil persilangan antara ras yang sama maupun persilangan lainnya.
Melalui uji pengamatan lapangan dengan membandingkan antara Anjing Kintamani dari hasil kennel pemuliabiakan dan Anjing Kintamani di kawasan Kintamani, disusunlah Deskripsi dan Standar Fenotip Anjing Kintamani (Bali) meliputi ciri-ciri umum, sifat-sifat umum, tinggi badan/gumba, dasar pigmentasi kulit, bentuk kepala, telinga, mata, hidung, gigi, bentuk leher, bentuk badan, kaki dan ekor mempunyai kesamaan. Perbedaannya pada distribusi warna bulu dan ditetapkan pada tanggal 16 Oktober 1994. Standar ini dipakai sebagai acuan dasar pada setiap Kontes dan Pameran Anjing Bali dan mendapat pengakuan PERKIN (Dharma.M.N. Dewa; PudjiRahardjo; Kertayadnya I.G, 1994.).
Untuk mempercepat pengakuan dari Federation Cynologique Intemationale, dalam memenuhi ketentuan/persyaratan perlu upaya-upaya secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu upaya adalah meneliti hubungan antara stuktur dan profil DNA distribusi warna bulu putih spesifik secara genotip dengan fenotip warna bulu putih spesifik pada Anjing Kintamani.
Distnibusi warna bulu pada Anjing Kintamani dapat dikelompokkan menjadi 4 macamyaitu:
Wama bulu putih sedikit kemerahan dengan warna coklat-kemerahan pada telinga, bulu di bagian belakang paha dan ujung ekornya
Warna hitam mulus atau dengan dada putih sedikit
Warna cokiat muda atau cokiat tua dengan ujung moncong kehitaman, sering disebut oleh masyarakat sebagai wama Bang-bungkem
Wama dasar coklat atau coklat muda dengan garis-garis warna kehitaman, yang oleh masyarakat disebut warna Poleng atau Anggrek
(Dharma.M.N. Dewa; Pudji-Rahardjo; Kertayadnya I.G. 1994)
Standar Performans Fenotip Anjing Kintamani (Bali) Bulu Putih Spesifik
Untuk memperoleh Standar Anjing Kintamani (Bali) diperlukan pengamatan dan penelitian yang terus menerus dan berkelanjutan. Gambaran sementara yang dapat dilihat dari keunggulan Anjing Kintamani (Bali) dari hasil pengamatan lapangan dan hasil pemuliabiakan pada Anjing Kintamani (Bali) yang berbulu putih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut:
Ciri-ciri Umum : Anjing ini dapat digolongkan dalam kelompok anjing jenis pekerja (working dog) dengan ukuran sedang, memiliki keseimbangan tubuh dan proporsi tubuh yang baik dengan pertulangan kuat yang dibungkus oleh otot yang kuat, sebagai anjing pegunungan memiliki bulu yang panjang (moderat) dengan warna putih spesifik, hitam atau cokelat.
Sifat-sifat Umum: Anjing Kintamani memiliki sifat pemberani, tangkas, waspada dan curiga yang cukup tinggi. Merupakan anjing penjaga (guard dog) yang cukup handal, sebagai pengabdi yang baik terhadap pemiliknya, loyal terhadap seluruh keluarga pemilik dan tidak lupa pada pemilik atau perawatnya. Anjing Kintamani (Bali) suka menyerang anjing atau hewan lain yang memasuki “wilayah kekuasaannya” dan juga menggaruk-garuk tanah sebagai tempat perlindungan. Pergerakannya bebas, ringan dan lentur.
Bentuk kepala : Kepala bagian atas lebar dengan dahi dan pipi datar, moncong proporsional dan kuat terhadap ukuran bentuk kepala, rahang tampak kuat dan kompak, memiliki gigi-geligi kuat dengan gerakan gigi seperti menggunting, bibir berwama hitam atau cokelat tua. Telinganya tebal, kuat, berdiri berbentuk V terbalik dengan ujung agak membulat. Jarak antara kedua telinga cukup lebar, panjang telinga kurang lebih sama bila dibandingkan dengan jarak antara dasar dua telinga bagian dalam dengan sudut mata luar.
Mata berbentuk lonjong seperti buah almond dengan bola mata berwarna cokelat gelap dan bulu mata berwarna putih. Hidung berwarna hitam atau cokelat tua dan warna hidung ini sering berubah karena penambahan umur dan musim.

Tinggi dan bentuk badan : Anjing Kintamani jantan mempunyai tinggi 45 cm-55 cm dan anjing betina 40 cm-45 cm. Dengan warna bulu kebanyakan berwarna putih spesifik (sedikit kemerahan) dengan warna merah kecoklatan (krem) pada ujung telinga, ekor dan bulu dibelakang paha. Warna lainnya adalah hitam mulus dan cokelat dengan moncong berwarna hitam (bangbungkem), pigmentasi kulit, hidung, bibir kelopak mata, skrotum, anus dan telapak kaki berwarna hitam atau cokelat gelap.
Lehernya tampak anggun dengan panjang sedang, kuat dengan perototan yang kuat pula. Dada dalam dan lebar, punggung datar, panjangnya sedang dengan perototan yang baik. Badan anjing betina relatif lebih panjang dari jantan. Anjing Kintamani (Bali) memiliki bulu krah (badong) panjang berbentuk kipas di daerah bahu (gumba),;makin panjang bulu badong makin baik.
Kaki agak panjang, kuat dan lurus jika dilihat dan depan atau belakang. Tumit tanpa tajir, gerakan kaki ringan. Ekor bulunya bersurai, posisinya tegak membentuk sudut 45o atau sedikit melengkung tetapi tidak jatuh atau melingkar di atas pinggang atau jatuh ke samping. Makin panjang bulu ekor makin baik .(Dharma D.M.N.; Pudji Rahardjo.; Kertanyadnya I.G. 1994)
Deoxyribo Nuklease Acid (DNA)
Semua mahluk hidup memiliki materi genetik untuk mempertahankan kelangsungan struktur, sifat, fungsi, aktivitas kimia dalam selnya. DNA merupakan salah satu jenis asam nukleat yang berperan sebagai materi genetik yang menurunkan sifat tertentu dan suatu generasi ke generasi turunannya. Materi ini yang mengarahkan pembentukan protein dan RNA tertentu yang penting dalam sel mahiuk hidup. DNA juga yang mengatur pertumbuhan dan pembelahan set, termasuk informasi untuk diferensiasi sel sehingga terbentuk tumbuhan, hewan, manusia dan organisma lainnya.
Unit penyusun DNA adalah nukleotida (mononukleotida) yang tersusun dan gugus fosfat, basa nitrogen dan gula pentosa. Basa nitrogen berasal dari kelompok purin, adenin, dan guanin serta pirimidin, sitosin dan timin (Toha.A.H.A. 2001).
Materi genetik, DNA selalu dalam keadaan aktif. Aktivitas ini tentu saja berhubungan dengan ekspresi gen itu sendiri dan juga aktivitas tambahan seperti replikasi, perbaikan dan rekombinasi. Ekspresi gen berkaitan dengan proses transkripsi dan translasi untuk mensintesis protein, sedangkan proses replikasi, perbaikan dan rekombinasi berkaitan dengan perbanyakan terarah terhadap DNA yang ada pada mahluk hidup.
Pola warna bulu pada Anjing
Warna bulu pada anjing memberikan pesona tersendiri bagi para penggemamya, sedangkan masing-masing anjing mempunyai karakteristik tersendiri terhadap penampilan warna bulu, untuk memben pengertian pada para penggemar perlu kiranya di informasikan tentan pola warna buki pada anjing. Berkaitan dengan warna bulu pada anjing kintamani, dan hasil pengamatan lapangan ditetapkan ada empat bulu standart dan dari ke empat warna bulu itu dominan anjing kintamani berbulu putih spesifik, maka secara teori thpat dijelaskan pada uraian dibawah ini.
Sumber semua warna rambut, bulu, kulit dari mata pada mamalia adalah melanin. Ada dim macam melanin pada mamalia, yaitu melanin hitam (Eumelanin) dari melanin merah (Phaeomelamn), warna-warna yang muncul pada mamalia merupakan kombinasi dari kedua macam pigmen ini. Warna bulu rambut, bulu dari kulit dikontrol oleh gen-gen yang terletak pada beberapa lokus yang mempengaruhi sintesis pigmen melalui keija enzim, demikian juga dengan penyebaran dari lokasi granul pigmen pada sel kulit dari rambut.
Pada anjing terdapat sepuluh lokus yang terlibat thiam penentuan wama, lima diantaranya sama seperti kuda yaitu warna hitam (genotypenya aaB-E-), Cokelat (genotypenya aabbE-), warna bay dengan bintik hitam (genotypenya A-B-E-), wama bay dengan bintik-bintik cokelat (genotypenya A-bbE-), dari warna chesnut(genotyptnya AD-ee ; A-bbee; aaB-ee dari aabbee).
Paling sedikit terdapat empat alel path lokus A (agauti) semua ale! itu dapat diamati pada anjing gembala jerman Ale! A” yang paling dominan menghasilkan warna krem atau abu-abu dengan warna cokelat atau cokelat muda pada bagian punggung,. Alel A” resesif terhadap A’ dari menghasilkan warna seperti yng pertama, tetapi dengan punggung berwarna hitam.Alel ketiga athlah a’ (resesif terhadap A” dari a”) yang menghasilkan warna hitam atau cokelat tua. Warna seperti ini banyak dijumpai pada anjing Doberman. Ale! yang paling resesif adalah a yang menghasilkan warna hitam (aa).
Gen-gen pada lokus Bakan menentukan apakah eumelanin akan menjadi hitam (aaB-) atau cokelat (aabb), gen b (cokelat) resesif terhadap B dari epistasis terhadap aa. Gen dominan pada lokus E memungkinkan terjadinya sintesis eumelamn (hitam atau cokelat). Gen ee akan meproduksi phaeomelanin (merah atau kuning). Genotip ee epistasis terhadap aa, B-, dari bb. Anjing yang bergenotip aaB-E- akan berwarna hitam, dari anjing yng bergenotip aabbE- akan berwarna cokelat dari anjing yang bergenotip aaB-ee akan berwarna merah atau merah kekuningan dengan warna gelap pada bagian hidung dari mulut, sedarigkan anjing yang bergenotip aabbee akan berwarna kuning dengan warna merah muda pada bagian hidung dari mulut. Sedarigkan wama-wama dilusi dikontrol oleh gen-gen yang ada pada lokus C dari D. Gen domonan pada lokus C akan menghasilkan warna penuh. Ale! chinchilla (C~ ) yang resesifterhadap C akan mendilusi warna cokelat menjadi warna krem, merah didilusi menjadi kumng muda atau warna keemasan. Ale! ini tidak mempengaruhi eunie!anin.
Anjing wanna putih dengan mata berwarna merah muda sangat jarang dijumpai, warna seperti liii ditemukan selain pada anjing pikingese juga terdapat pada anjing kintamani (Bali). Narnun sampai sekarang masih belum jelas apakah warna ml dikontrol oleh gen pada lokus albino (cc) atau oleh gen-gen lain yang terletak pada lokus lain.
Gen dilusi dd akan mempenganuhi kedua jenis melanin, gen mm akan mendilusi wama hitam menjadi kebiruan yang serrng dijumpai pada anjing poodle dari greyhound. Gen ini juga mendilusi wama coke!at dari kuning. Pola bercak putih yang tidak beraturan (piebald) diwariskan secara resesif(ss). Alel yang dominan (S) menghasilkan pola warna polos. Anjing putih dengan mata yang berwarna akan dihasilkan jika terdapat gen resesif pada lokus W (ww). Gen warna abu-abu yang pemunculannya selaras dengan semakin bertambahnya usiajuga ditemukan pada anjing (gen G).
Gen dominan I pada lokus T mengakibatkan wama totol-totol pada tidak terlihat pada saat anjing dilahirkan. Namun akan muncul secara berangsur-angsur dengan semakin bertambahnya umur. Pola warna seperti ini banyak dijumpai pada anjing jenis dalamation dari setter. Gen kodominan M yang dalam keadaan heterozigot (Mm) akan menambah jumlah totol-totol pada tubuh. Jika dalam keadaan homozigot (MM) akan dihasilkan warna yang hampir putih dengan warna mata biru muda dari beberapa kelainan seperti, tuli, buta dari abnormalitas.
Kesimpulan
Untuk mendapatkan performan yang kekal pada anjing kintamani (bali) walaupun telah ditetapkan sementara standart performan fonotype, perlu kiranya dicari profil DNA antara anjing kintamani yang telah dimuliabiakkan dibandingkan dengan profil DNA anjing kintamani yang berada dilapangan.
Bulu dari warna bulu adalah salah satu bagian yang membuat daya tarik tersendiri bagi para penggemar, untuk mendapatkan standar yang tetap diperlukan pengkajian yang lebih mendalam melalui pengamatan dari penelitian secara seksama.
Kepustakaan
Dharma. Dewa.M.N.; Pudji Rahardjo; Kertanyadnya I.G. Deskripsi dan Standart Anjing Bali, Bidang Penelitian dari Pengembangan, Perkumpulan Penggemar Anjing Trah Bali (PANTRAB)
Hardjosubroto.W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di lapangan, Penerbit P.T. Gresmndo Palmerah Selatan 22-28 Jakarta 10270. Hal 1-5
Noor .Ronny Rachman. 2000. Genetika ternak, cetakan ke II Penerbit Penebar Swadaya Jakarta. Hal 81-86.
Pudji Rahardjo, 1984. Prevalensi Pemetaan Populasi Jenis bulu Anjing ( Bulu panjang, bulu sedang, bulu pendek) di Kawasan Pulau Bali. Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Denpasar.
Pudji Rahardjo, 1985. Mencari Anjing Ras Asli Bali, makalah seminar, Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasar.
Toha.A. Abdul Hamid. 2001. Deoxynibo Nucleac Acid, cetakan I, Penerbit Alfabeta Gerlong Hilir 88 Bandung 40152. Hal .5.

2/24/2005

Panduan Kontes Anjing Kintamani

PANDUAN KONTES DAN PAMERANANJING KINTAMANI/BALITAHUN 2003
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pulau Bali dengan luas sekitan 563.268 Km2, dihuni oleh penduduk sekitar 3 juta lebih, juga memiliki keindahan alam dan budaya yang khas. Kondisi pulau Bali yang demikian itu sangat menarik minat para wisatawan baik dari dalam Negeri maupun dari manca Negara untuk berkunjung ke Bali. Disamping itu pulau Bali juga memiliki kekayaan alam yang lain berupa plasma nutfah, salah satu diantaranya adalah Anjing Kintamani
Seperti halnya anjing pada umumnya, anjing Kintamani merupakan binatang yang biasa hidup berdampingan dengan kehidupan manusia baik di pedesaan maupun di diperkotaan.
Masyarakat Bali boleh berbangga hati karena telah memiliki anjing lokal asal pegunungan di Daerah Kintamani Kabupaten Bangli yang telah populer namanya yaitu Anjing Kintamani Keberadaan Anjing Kintamani sekarang telah tersebar luas di beberapa wilayah Kabupaten dan Kota di Bali, bahkan sudah banyak diperdagangkan keluar Bali maupun keluar Negeri. Beberapa pihak yang pedu!i tenhadap anjing Kintamani ini telah berjuang untuk menjadikan anjing Kintamani sebagai Anjing Ras Indonesia, karena dinilai berpeluang untuk dijadikan sebagai anjing ras di Indonesia.
Dalam rangka mengupayakan anjing Kintamani menjadi anjing Ras Indonesia bukanlah pekenjaan yang mudah, melalui proses yang panjang, diperlukan dukungan dana yang besar, serta upaya-upaya bersama yang terencana, serius, berkelanjutan dari berbagai pihak baik Pemerintah maupun Non Pemerintah (dan pihak swasta/perorangan /para cendikiawan/ ilmuwan).
Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya tersebut, salah satu diantaranya berupa” Kontes dan Pamenan Anjing Kintamani” . Kontes dan Pameran Anjing Kintamani telah diselenggarakan beberapa kali hampir setiap tahun dan telah menunjukkan hasil yang cukup membanggakan. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat untuk memelihara anjing Kintamani semakin meningkat dari tahun ke tahun. Disamping juga anjing Kintamani seolah- olah telah menjadi sebuah maskot wilayah , sehingga mempunyai nilai tinggi baik sebagai komoditas perdagangan maupun sebagai tanda mata/hadiah.
Untuk Pelaksanaan Kontes dan Pameran Anjing Kintamani tahun 2003 diprakarsai oleh Dinas Peternakan Propinsi Bali yalig dipadukan dengan program kegiatan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia ke 167.
Seperti dimaklumi bersama bahwa dalam tahun 2003 ini berdasarkan pertimbangan para sesepuh, para pakar, organisasi profesi, asosiasi dan perusahaan di bidang Peternakan serta kesepakatan Jajaran Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Pada tanggal 19 Maret 2003 telah menetapkan bahwa tanggal 26 Agustus 2003 sebagai Hari Lahir Peternakan dan Kesehata Hewan Indonesia, selanjutnya ditetapkan bahwa tanggal 26 Agustus 2003 s/d 26 September 2003 sebagai Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia serta ditetapkan bahwa tahun 2003 sebagai Tahun Kebanqkitan Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia.
Dalam Pelaksanaan Kontes dan Pameran Anjing Kintamani tahun 2003 ini Dinas Peternakan Propinsi Bali menjalin kerjasama dengan pihak Pemerintah lainnya ( Unsur Perguruan Tinggi, BPPV, Balai Karantina Hewan) dan pihak Non Pemerintah ( Unsur organisasi Profesi/PDHI, Pantrab Bali. Perorangan dan lain-lain). Yang selanjutnya dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Propinsi Bali Nomor : 188.5./5918.a/K.Wan Disnak, Tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Kontes Anjing Kintamani Bali Tahun 2003, tertanggal 25 Juli 2003.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud : turut serta berpartisipasi aktif dalam mengisi kegiatan bulan bhakti Peternakan dan Kesehatan hewan Indonesia dalam rangka memperingati Hari Lahir Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia yang ke 1/167 ( sejak tanggal 26 Agustus1836).
1.2.2. Tujuan : Adapun tujuan yang dicapai dalam penyelenggaraan Kontes dan Pameran Anjing Kintamani tahun 2003 ini antara lain
Mendorong usaha-usaha pemuliabiakan Anjing Kintamani menjadi Anjing Ras Indonesia.
Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap Anjing Kintamani tidak saja sebagai hewan kesayangan, demikian juga sebagai hewan penjaga, hewan pelacak tindak kejahatan, hewan pelacak bom/narkoba dan lain ketrampilan yang mampu dilakukan oleh anjing.
Mengupayakan Anjing Kintamani sebagai salah satu komoditi ekspor di masa mendatang.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang tata laksana pemeliharaan Anjing Kintamani.
Mempertahankan Daerah Bali sebagai Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit Menular Lainnya.
Mempertahankan Daerah Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata.
Menjadikan Kontes dan Pameran Anjing Kintamani sebagai satu atraksi wisata melengkapi atraksi wisata yang ada.
Sebagai ajang/wadah komunikasi pihak yang peduli terhadap Anjing Kintamani baik Pemerintah dan Non Pemerintah dalam rangka menjadikan Anjing Kintamani sebagai Anjing Ras Indonesia.
1.3. Tema
1.3.1. Tema Sentral: “BANGKITNYA PETERNAKAN DAN KESEHATAN HIEWAN INDONESIA UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA MASYARAKAT INDONESIA YANG SEHAT, PRODUKTIF DAN KREATIF MELALUI PETERNAKAN TANGGUH BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL'.
1.3.2. Sub Tema: “KONTES DAN PAMERAN ANJING KINTAMANI TAHUN 2003 DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI LAHIR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KE 1/167 SERTA TAHUN KEBANGKITAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN”.
II. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kontes dan Pameran Anjing Kintamani tahun 2003 diselenggarakan pada tanggal 21 September 2003, Hari Minggu, di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Renon, Denpasar (sebelah Barat Laut Monumen Perjuangan Rakyat Bali) pukul : 08.00 s/d 14.00 Wita.
III. Pendaftaran Peserta
Pendaftaran peserta diadakan mulai tanggal 1 Agustus 2003 s/d 15 September 2003 bertempat di:
Kantor Dinas Peternakan Propinsi Bali, Jl. Angsoka No. 14 Denpasar, Telp. 0361-2241 84, Fax. 225368, HP 0816573177, HP 0817246002.
Kantor Dinas yang menangani Bidang Peternakan Kabupaten/Kota seluruh Bali.
Fakultas Kedokteran Hewan - Universitas Udayana. Ji. Goris, Sanglah, Denpasar - Bali.
Dokter Hewan Praktek / Klinik Hewan Se- Bali.
IV. Kategori Kontes Anjing Kintamani
Katagori Kontes tahun 2003 adalah Anjing Kintamani yang berwarna PUTIH dan BERWARNA (hitam, coklat dan warna lainnya), yang dengan kriteria :
1. Warna Putih:
a Jantan Dewasab. Betina dewasac. Anakan.
2. Bulu Berwarna:
a. Jantan Dewasab. Betina Dewasac. Anakan
3. Door Price untuk anjing cantik dan pintar.
V. Piala, Hadiah dan Sertifikat
Anjing Kintamani yang berhasil meraih kejuaraan ditetapkan hadiah sebagal berikut:
Juara I: Piala, sertifikat dan uang Rp. 300.000, -
Juara II: Piala, sertifikat dan uang Rp. 250.000, -
Juara III: Piala, sertifikat dan uang Rp. 150.000,-
VI. Juri
Tim Juri terdiri dari:
Tim Juri Bidang Kesehatan.
Tim Juri Bidang Kinologi dan Performance.
Penilaian dilakukan oleh Tim Juri, yang berasal dari Unsur PERKIN. FKH UNUD, PDHI Cabang Bali.
VII. Sumber Dana
Dokumen Anggaran Satuan Kegiatan Propinsi Bali Tahun 2003, tanggal 29 Januari 2003.
Usaha-usaha yang syah.
Dari para dermawan/sponsor.

2/23/2005

Kintamani - Anjing Bali

standar - artikel - links

Sekilas Tentang Pengalaman Pribadi dalam Sejarah dan Perkembangan Anjing Kintamani (Bali)

oleh : drh. Pudji Rahardjo


Pendahuluan

Diperkirakan ada sekitar 400 ras jenis anjing di dunia telah terdaftar pada Federation Cynologique Internationale (F.C.I.) dan barangkali baru setengahnya terdaftar pada PERKIN (Perkumpulan Kinologi Indonesia), dan ada kemungkinan jumlah tersebut terus bertambah baik oleh adanya persilangan maupun pengenalan ras baru dan hasil rekayasa manusia.
Pulau Bali yang memiliki beberapa jenis plasma nutfah flora dan fauna seperti Salak Bali, Jeruk Bali, Jalak Bali, Sapi Bali, barangkali di tahun mendatang menghasilkan plasma nutfah barn yaitu Anjing Kintamani (Bali) dan akan menjadi Anjing Ras pertama di Indonesia.

Anjing Bali yang lazim disebut Anjing Kintamani adalah jenis anjing lokal yang banyak dijumpai di kawasan pegunungan Batur. Karena habitatnya di kawasan pegunungan sebágai kompensasi bulunya tebal dan berfungsi sebagai selimut tubuhnya. Anjing ini sebenarnya sudah dikenal lama oleh masyarakat Bali, sejak tahun 1970-an telah diperjualbelikan oleh masyarakat setempat, di kawasan wisata Kintamani juga di daerah perkotaan seperti Denpasar. Di beberapa kota besar yang berada di Pulau Jawa misalnya Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang masyarakat penggemar anjing juga mengenalnya. Di manca negara seperti Belanda, Perancis Belgia, Australia, Amerika, Jepang juga mengenal Anjing Bali, hal ini terjadi karena ketika penggemar dan manca negara tinggal di Bali, pada waktu kembali ke negaranya anjing kesayangannya juga dibawa dan dikembangkan, sehingga keturunannya dapat menyebar ke negara lain yang berdekatan.

Kenapa anjing ini dapat dikembangkan di seluruh wilayah?
Karena memiliki keunggulan utama yaitu berasal dan daerah bebas dan penyakit Rabies
Kalangan masyarakat menciri anjing ini tidak terlalu besar, juga tidak tergolong kecil, dengan bentuk tubuh yang tampak kokoh dengan bagian-bagian yang serasi menjadikan anjing ini tampak dinamis dan serasi, mempunyai tinggi gumba rata-rata antara 40 Cm-55 Cm, proporsi letak mata, telinga, moncong, giginya menggunting serasi dengan bentuk kepala dan leher tampak kokoh dengan dahi datar agak melengkung. Berbulu Gembrong (tebal) di daerah gumba terdapat Badong.

Badong adalah bulu yang lebih panjang bila dibandingkan dengan bulu yang terdapat di punggung dan berbentuk kipas yang memanjang sampai pangkal ekor. Dilengkapi bentuk kaki yang lurus dan serasi, ekornya keatas membentuk sudut 45 derajat dan pangkal ekor dengan ujung ekor yang terurai, seperti umbul-umbul.

Seperti anjing yang ada di dunia Anjing Bali (Kintamani) dikelompokkan dalam suku Canis familiaris var Bali-Kintamani. Dikatakan demikian karena habitat dan kawasan sebaran populasi meliputi Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Provensi Bali. Pada tahun 1980 an di desa Sukawana yang paling banyak populasinya,sehingga daerah ini dianggap sebagai asal-usul Anjing Bali (Kintamani), bahkan sebagai kawasan plasma nutfah, namun asal-usul yang pasti belum banyak diungkapkan atau diketahui melalui penelitian dan kepustakaan, hanya sekedar opini dan wacana.

Hampir mirip dengan Anjing Bali terdapat juga di kawasan pegunungan benua Australia (Konsultasi pnbadi dengan drh. Gde Kerta Yadnya, 1985), di kawasan pegunungan negara Thailand (Konsultasi pribadi dengan drh. Roesbandi,1985), dan di kawasan gunung Fuji yang terletak di Pulau Honshu.- Jepang (Konsultasi pribadi dengan Atsuko H, 1985) Masyarakat Pulau Bali, khususnya masyarakat Kintamani telah lama mengenal dan memelihara Anjing Kintamani sebagai anjing khas Pulau Dewata. Keberadaannya dikenal sebagai Anjing Gembrong berasal dari Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Namun hanya sebagian kecil masyarakat memelihara secara intesif, sedangkan kebanyakan kurang mengurus anjingnya dan dibiarkan berkeliaran, kadang lupa memberi makan, walaupun rasa memiliki anjing tersebut tetap besar. Ironisnya sampai saat ini sebagian masyarakat ada yang beranggapan setiap anjing yang berbulu tebal (gembrong) berasal dan daerah Kintamani tanpa ciri-ciri yang jelas disebut Anjing Kintamani. Pemyataan itu tidak bisa disalahkan, karena sejarah Anjing Kintamani sampai sekarang belum ada yang mengungkapkan asalusulnya., yang banyak ditulis adalah hubungan manusia dan anjing. Diisyaratkan melalui legenda, hikayat, dongeng-dongeng ataupun melalui lukisan ataupun relief pahatan para seniman pada masanya. Bahkan Cites Gilimanuk hanya mengungkap keberadaan hubungan antara manusia dan anjing. Barangkali hubungan ini terjalin sejak era Bali kuno.

Perjalanan Sejarah

Mulai tanggal 05 Mei 1981 sampai dengan bulan Mei 1982 penulis berbekal Niat, Tekat, Hobby dan Pengalaman yang sedikit mencoba melakukan pengamatan terhadap seluruh populasi anjing yang ada di Pulau Bali, dan dapat disimpulkan secara umum terdapat 3 performan:
Anjing Bastar yaitu perpaduan antara anjing ras dengan anjing ras tak sejenis atau persilangan antara anjing local dan ras tertentu, sehingga mempunyai performan yang vaniatif, kebanyakan berada di kota Denpasar dan kota-kota kabupaten serta daerah Kecamatan Kuta.

Anjing berbulu pendek, anjing ini seperti yang terdapat di kota-kota di Pulau Jawa atau kota lainnya dan umunmya disebut dengan anjing gladak. Di Bali banyak dijumpai di daerah dataran rendah dan kawasan pantai seperti Gilimanuk.

Anjing berbulu tebal (gembrong), banyak dijumpai di daerah dataran tinggi atau daerah pegunungan. Anjing jems ini dominan populasinya di kawasan pegunungan Batur- Kintamani.
Setelah melihat performan secara umum,dilanjutkan mengamati distribusi warna bulu pada anjing-anjing yang berbulu pendek dan dilanjutkan pada anjing-anjing yang berbulu tebal (gembrong). Hasil pengamatan yang dilakukan pada Juni 1982, terhadap anjing-anjing berbulu pendek yang berada di lingkungan Banjar Dharma Santhi dan sekitarnya di- peroleh data warna Ilitam-Putih mendominasi 57,8 %, Warna Putih 17,1 % dan wama Hitam 9,3 %. Dan jumlah populasi 64 ekor.

Pada bulan Juli 1982 dilakukan pengamatan terhadap Anjing Gembrong di Banjar Dharma Santhi dan sekitarnya, diperoleh data Anjing Berbulu Putih Spesifik dominan yaitu yaitu 42,1%, Hitam 18,4 %, Hitam-Putih 15,7 %, warna lainnya 23.5 % (Coklat-Putih; Cokiat Kemerahan atau Blangbungkem; Hitam-Coklat-Putih atau disebut warna Anggrek/Poleng), dari jumlah populasi 38 ekor.

Pada tanggal 13 Mci 1984 penulis berkenalan dengan Bapak Letkol-Pol. Drs.Gde Made Wismaya menjabat KaSat Serse POLDA Nusra, beliau ini menaruh perhatian yang besar terhadap anjing-anjing yang ada di Pulau Bali dan melatih anjing-anjing lokal tersebut sebagai alat Sistim Pengamanan Lingkungan, ternyata cukup berhasil walaupun tidak sehebat anjing-anjing ras yang dimiliki oleh POLDA-NUSRA pada waktu itu. Hal ini mendorong penulis untuk lebih optimis bahwa anjing-anjing yang jauh dan kasih sayang perniliknya dan sehari-hari mengkais makanan di tempat sampah, bila diperlakukan dengan baik serta mendapat didikan yang baik dapat bermanfaat ganda yaitu sebagai pet animal (hewan kesayangan) dan karya guna.
Selanjutnya dilakukan penelitian dengan judul Prevalensi Pemetaan Populasi Jenis Bulu Anjrng Di Kawasan Pulau Bali, kesimpulannya dan hasil analisa statistik pada anjing bulu tebal (gembrong) populasinya tinggi di daerah dataran tinggi dan dataran sedang, bila dibandingkan dengan anjing-anjing berbulu pendek ataupun berbulu panjang. Di dataran rendah anjingjenis bulu pendek dominan populasinya, sedang anjing jenis bulu panjang dominan populasinya di dataran tinggi.

Bulan Februari 1985 dengan Dra. Wenny.E.Ressang. Groenewegen,DVM, beliau adalah istri Prof.Dr. Abdul Aziz Ressang,DVM,MD. Yang pada waktu itu diperbantukan oleh WAD Project dalam Bali Cattle Disease Investigation Unit berkedudukan di Denpasar - Bali. Ibu W.E.Ressang ini seorang kinolog dan berpengalarnan sebagai pembiak anjing di Wekerom - Belanda, penulis banyak berguru kepada beliau tentang segala sesuatu rnengenai peranjingan, dan secara bersama-sama melakukan pengamatan terhadap adanya kesempatan Anjing Bali sebagai model Ras pertama Indonesia. Pada saat itu pula melalui diskusi perhatian penulis dialihkan kepada jenis anijng berbulu gembrong dan diberikan contoh apa yang telah beliau lakukan yaitu memuliabiakkan anjing gembrong warna putih spesifik, sepasang anjing dinamai Cicing (jantan), Kinta (betina), penulis memelihara anjing berbulu gembrong berwarna putih spesifik jantan bemama Rambo kelahiran Tajun 22 September 1985 dan sebelumnya telah memelihara seekor betina warna poleng (anggrek) dengan nama Kreg dipungut dari pinggir jalan karena dibuang oleh pemiliknya pada tangal 17 November 1984. Pada bulan Agustus 1985 Kreg dikawinkan dengan Broni anjing jenis bulu yang sana temyata dan 4 ekor anaknya, 3 ekor distribusi warna nya sangat berbeda dengan induk dan pejantannya, sedang 1 ekor sama dengan induk dan pejantannya. Sedangkan perkawinan Cicing dan Kinta menghasilkan 3 ekor anak betina nama Ayu, Asih, Arie, semua ditribusi warna bulu mirip dengan induk dan pejantannya. Akhirnya penulis mengikuti langkah yang dilakukan oleh Ibu W.E.Ressang, dengan membeli seekor betina bernama Batur dan Pan SiwaKintamani. Diikuti pula oleh drh.Hartaningsih,MVSc, dengan anjing betina bernama Lulus, drh,Mas Djoko Rudyanto dengan anjing betina bernama Tessy dan drh. Dewa Made Ngurah Dharma,MSc dengan anjing jantan bernama Polong, anjing betina bernama Novi.

Pada saat itu Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali dijabat Bapak drh.I Gusti Ketut Oka Ranuh, melalui kelakar santai penulis ungkapkan tentang hal-hal yang telah dilakukan Ibu W.E. Ressang dan penulis ternyata mendapat sambutan dan Bapak Oka Ranuh dan melalui Pertemuan Ilmiah bulanan P.D.H.I cabang Bali pada tanggal 10 Mei 1985 Dra. W.E.Ressang-Groenewegen,DVM orasi dengan judul Dapatkah Anjing Kintamani dijadikan Ajing Ras. Dilanjutkan oleh penulis pada tanggal 26 Juli 1985 dengan judul Mencari Anjing Ras Asli Bali. Kemudian diadopsi sebagai program kegiatan P.D.H.I. cabang Bali dan pada tanggal 3 November 1985 digelar Kontes dan Pameran Anjing Bali yang pertama.

PERKIN (Perhimpunan Kinologi Indonesia) merespon hal tersebut dan berangsur-angsur memberikan bimbingan teknis dan mensertifikasi hingga sekarang.

Dalam perjalanannya para pemerhati mendirikan Yayasan Dharma Saramnya Bali kemudian menjadi Yayasan Anjing Bali. Selanjutnya para penggemar membentuk paguyuban penggemar bernama PANTRAB (Perkumpulan Penggemar Anjing Trah Bali). Karena PERKIN cabang Bali belum terbentuk dan untuk mempermudah komunikasi antara PERKIN Pusat dengan para penggemar anjing trah Bali, sebagai perpanjangan tangan PERKIN di Bali dibentuk suatu wadah yang dinamakan Komisi Anjing Bali yang para pengurusnya perpaduan antara pengurus PERKIN Pusat dan pengurus PANTRAB.
bersambung........