5/02/2004

Peranan Psikologis Memelihara Binatang

(dikutip dari Harian Suara Pembaruan 2 Mei 2004)

Ibu Shinto Yth,

Anak laki-laki saya sudah lama merengek minta dibelikan kucing karena ia ingin memelihara binatang itu. Masalahnya, menurut saya, apabila kami memelihara kucing, rumah pun nanti dikotori bulu-bulu kucing yang rontok di mana-mana. Selain Itu, kami tidak suka kalau halaman kami dipenuhi kotoran kucing.Perlu diketahui, anak kami itu alergi. Matanya menjadi bengkak berair setiap kali ia habis bermain dengan kucing milik tetangga. Kami kasihan juga melihatnya setiap kali melihat kucing wajahnya kelihatan berbinar dan seperti ingin sekali memegangnya.Sekarang dia membatasi diri karena takut matanya bengkak akibat bermain dengan kucing. Apa yang bisa kami Iakukan, Bu. Apakah perlu saya bujuk untuk memelihara binatang lain saja atau bagaimana? Sebenarnya apakah ada manfaat memiliki binatang peliharaan, terutama untuk perkembangan anak?


NURSANTI, Kemanggisan


Ibu Nursanti Yth,

Putra Ibu tampaknya sudah mau memahami risiko kalau ia bermam dengan kucing. Mungkin saja keinginannya masih ada, namun ia perlu diajak untuk berpikir secara lebih realistis. Sayang tidak ada informasi mengenai usia putra ibu, tetapi saya perkirakan dia masih duduk di SD, ya? (karena masih merengek). Untuk mengobati pemenuhan keinginannya yang terkendala, terutama karena alergi yang dialami, Ibu dapat membelikannya bacaan yang berisi serba-serbi seputar kucing. Melalui bacaan itu ia mendapat pengetahuan tentang aneka macam jenis kucing, cara memeliharanya, makanannya, pemeriksaan kesehatannya dan lain-lain.Sambil membaca, bicarakanlah isi bacaan tersebut dengan keadaan di dalam keluarga Ibu. Misalnya, adakah anggota keluarga lain yang tidak suka kucing, adakah tempat khusus untuk si kucing, betapa diperlukan waktu dan usaha khusus untuk memelihara kucing, belum lagi biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk itu dan sebagainya.Dalam pembicaraan tersebut dapat juga ibu kemukakan pilihan binatang peliharaan lain yang lebih mudah, murah dan yang relatif tidak memerlukan perhatian terlalu khusus.Misalnya kelinci atau ikan, tentu saja tergantung minat putra ibu sendiri.Selain itu, coba Ibu perhatikan mengapa matanya bengkak setiap kali bermain dengan kucing. Kemungkinan sambil bermain memegang-megang kucing tersebut putra ibu secara tidak sadar juga mengusap matanya dengan tangannya yang bekas memegang kucing. Mungkin di situ letak masalahnya. Kalau memang demikian, putra Ibu masih punya kesempatan untuk dapat bermain dengan kucing asalkan ia mau menjaga agar segera mencuci tangannya setiap kali akan mengusap wajahnya, apalagi matanya. Atau biasakan untuk mencuci tangan setiap selang beberapa waktu, ketika ia bermain dengan kucing. Coba Ibu perhatikan, apakah adaperbedaannya. Kalau matanya tetap saja bengkak, sebaiknya memang dilarang saja, kemungkinan ia alergi bulu kucing yang masuk melalui saluran pernapasan, hidung dan mempengaruhi matanya.Memelihara binatang memang bukan kegiatan yang populer di Indonesia. Kalau kita perhatikan di negara-negara Barat, sejak taman kanak-kanak sudah ditumbuhkan minat untuk memelihara binatang. Dalam salah satu sesi pelajaran misalnya, anak-anak diminta untuk menunjukkan dan bercerita tentang binatang peliharaannya.Di banyak negara maju, binatang peliharaan mendapat perhatian dan perawatan kesehatan yang mungkin lebih baik daripada orang-orang berpenghasilan rendah di Indonesia. Binatang peliharaan dapat menjadi teman dalam kesepian. Coba ibu perhatikan di jalan, mungkin ibu menemukan kaum gelandangan yang hidupnya serba pas-pasan, tetapi masih memelihara binatang seperti kucing atau anjing. Mengapa? Memelihara binatang dapat memberi beberapa manfaat psikologis bagi anak-anak, yaitu antara lain membantu mengembangkan kecerdasan intelektual dan emosional anak.Melalui kegiatan memelihara binatang anak-anak mendapat pengalaman berikut.

Belajar mengenal pelbagai hal dalam kehidupan, seperti kelahiran, reproduksi, kematian, penyakit, perilaku binatang dibandingkan dengan manusia dan lain-lain.
Berkembang perhatian, minat, dan kecintaan anak terhadap alam, serta kekaguman tehadap penciptaNya.


Dilatih menghargai sesama makhluk hidup, tidak bertindak sewenang-wenang terhadap binatang.
Ditumbuhkan empati dan kesabaran, mlsalnya ketika binatang peliharaan menderita sakit.
Dilatih untuk mengemban tanggung jawab, terutama terhadap kesejahteraan binatang peliharaannya.
Memiliki teman bermain atau bahkan menceritakan masalah atau "rahasia"nya.
Memiliki sumber kasih sayang dan tempat mencurahkan kasih sayang yang setia setiap saat dan mungkin lebih kooperatif daripada orang.
Belajar untuk memberi kasih sayang, belajar mencintai dan belajar mengenal kesetiaan.
Belajar untuk memperlakukan sesama makhluk, termasuk sesama manusia, dengan sikap menghargai dan kasih sayang semacam yang dipelajarinya dalam interaksi anak dengan binatang peliharaannya.
Di negara-negara maju binatang peliharaan dilatih untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri. Misalnya sebagai pembimbing orang buta. Selain itu, binatang peliharaan juga dapat memenuhi kebutuhan seseorang akan hubungan yang akrab penuh kasih sayang.
Kebutuhan untuk menyayangi juga dapat disalurkan melalui kegiatan memelihara binatang. Ada kalanya orang merasa lebih mudah berkomunikasi dengan binatang peliharaan karena binatang tidak langsung menghakimi atau menasihati. Binatang lebih menerima dan spontan dalam mengungkapkan rasa senang terhadap pemeliharaannya.
Demikianlah Ibu Nursanti semoga ulasan saya cukup bermanfaat. Selamat memilih binatang peliharaan yang disukai sekeluarga. Siapa tahu kegiatan tersebut dapat juga bermanfaat sebagai wahana untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga.