
Menurutnya, Pug memang memiliki banyak kelemahan dibanding anjing sejenisnya. Dimana, bola mata yang besar dan menonjol, sehingga terkesan terbelalak, itu sering terserang berbagai serangan penyakit. Maka, Pug harus mendapatkan tempat tersendiri serta harus dijauhkan dari anjing-anjing lain guna menghindari terkena cakaran. Selain itu bulu-bulunya yang tipis dan halus juga mudah mengalami kerontokan. ”Memelihara dan merawat Pug tidak mudah. Butuh waktu ekstra dalam pengawasannya. Mengingat bola batanya yang besar, membuatnya sering terkena cakaran ketika sedang bercanda bersama anjing-anjing lain. Kalau sudah sakit, butuh waktu lama menyembuhkannya dan butuh biaya tidak sedikit. Sehingga, kalau punya anjing ini harus dipisahkan dari anjing lain,” imbuh Budi lagi.
Sebaliknya, anjing Pug bukanlah sosok anjing yang mau diam. Karakternya yang hiperaktif menjadikannya anjing hias yang sangat lincah. Untuk itulah, hobiis Pug kerap mengalami kesulitan. Jika dilepas bebas, ia mudah terserang matanya kendati hanya bercanda. Tapi, bila dibiarkan sendiri dengan selalu mengurungnya dikandang, suatu ketika dapat mengakibatkan stres.”Sekarang ini nyaris bisa dihitung dengan jari para hobiis yang mau masih memeliharanya. Mayoritas sudah banyak yang dijual. Demikian halnya soal harga, Pug saat ini menurun drastis. Untuk usia 6 bulan Rp 2 juta. Padahal dulunya jauh lebih mahal,” tandasnya.
Meskipun Pug memiliki kelemahan sebagai anjing yang rentan terserang penyakit mata dan bulu, tapi Pug juga memiliki kelebihan sama seperti anjing-anjing hias kerdil sejenisnya. Pug mudah menyerap ilmu-ilmu (latihan) yang diberikan oleh pelatih anjing maupun pemiliknya. Menurut Budi, Pug tergolong anjing kerdil yang punya intelejensi tinggi. Begitu diberikan petunjuk (arahan) pada setiap sesi latihan, seperti mengambil atau membuang benda-benda milik sang pemilik atau diminta duduk, berdiri dan pergi, Pug hanya butuh waktu relatif singkat untuk memahaminya.
Sementara, guna mengembalikan kepercayaan hobiis anjing untuk dapat memilih kembali anjing ini sebagai hewan peliharaannya, hingga detik ini para peternak sekaligus pengembangbiak belum menemukan langkah-langkah jitunya. ”Tapi saya yakin, suatu ketika seiring perjalanan waktu, Pug akan kembali diminati hobiisnya,” tukas Budi.(W-2/W-1)-b (koranmerapi.com, 14 Maret 2007)